Pengetahuan Dasar Praktek Pekerjaan Sosial dengan Komunitas
Memahami Masyarakat
a). Pengertian Masyarakat
Definisi masyarakat menurut Warren (1978) : Kombinasi sistem dan unit
sosial yang melakukan fungsi sosial utama sesuai dengan kebutuhan orang-orang
pada tingkatan lokal dan organisasi aktifitas sosial yang menyediakan akses
terhadap kebutuhan hidup sehari-hari.
Pendefinisian masyarakat akan membedakan pendekatan pengembangan
masyarakat. Bila masyarakat didefinisikan sebagai komunitas, maka pengembangan
masyarakat biasanya difokuskan pada kegiatan-kegiatan pembangunan local pada
permukiman atau wilayah yang relative kecil.
b). Tipe-Tipe Masyarakat
Menurut
Netting, Kettner dan McMurtry ada
beberapa tipe-tipe masyarakat
sebagai berikut:
Parameter
|
Definisi
|
Contoh
|
Geografis
|
Sebuah komunitas yang diikat atau dibatasi oleh wilayah geografis
|
Kota, desa, kelurahan, kampung, RT
|
Identifikasi dan Kepentingan
|
Masyarakat
yang dipertalikan oleh kepentingan dan komitmen bersama
|
Kelompok-kelompok
aksi politik, keagamaan, ilmu pengetahuan
|
Relasi Kolektif antar individu
|
Konstelasi relasi antar individu
yang memberi makna dan identitas
|
Kelompok-kelompok Profesional, Pertemanan, atau Persahabatan
|
c). Fungsi
Masyarakat
Meskipun definisi masyarakat
memiliki perbedaan, namun pada umumnya tidak mengubah fungsi masyarakat. Menurut Netting, Kettner dan McMurtry (2004: 130-131) ada lima fungsi masyarakat:
1. Fungsi produksi, distribusi dan konsumsi. Kegiatan-kegiatan masyarakat dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan dan sejenisnya.
2. Fungsi sosialisasi (socialization). Meneruskan atau mewariskan norma-norrna, tradisi-tradisi dan
nilai-nilai yang selama ini dianut oleh orang-orang yang berinteraksi di dalam
masyarakat.
3. Fungsi pengawasan sosial (social control). Masyarakat senantiasa mengharapkan warganya untuk mentaati norma-norma dan nilai-nilai yang dianut melalui penetapan hukum, peraturan dan sistem,sistem penegakkannya.
4. Fungsi partisipasi sosial (social participation). Masyarakat menyediakan wahana bagi para anggotanya
untuk mengekpresikan aspirasi-aspirasi dan kepentingan-kepentingannya guna terbangunnya jaringan dukungan dan pertolongan melalui interaksi dengan warga masyarakat yang tergabung dalam kelompok-kelompok, asosiasi-asosiasi dan organisasi-organisasi.
5. Fungsi gotong royong (mutual support). Keluarga-keluarga, teman-teman,
para tetangga, kelompok sukarela dan asosiasi-asosiasi profesional yang tergabung dalam sebuah masyarakat biasanya saling membantu satu sama lain.
Kerangka Kerja
Empat tugas yang dapat
dilakukan oleh Pekerja Sosial dalam memahami masyarakat adalah memahami karakteristik dan kebutuhan populasi sasaran; menentukan karakteristik masyarakat; memahami perbedaan-perbedaan masyarakt; dan mengidentifikasi struktur masyarakat (Netting, Kettner dan McMurtry, 20A4; Suharto, 2005a).
1. Fokuskan pada populasi sasaran yang menyangkut orang, karakteristik dan kebutuhannya.
·
ldentifikasi
populasi sasaran (orang). Siapa populasi atau orang yang memerlukan pelayanan
dan bagaimana mereka diidentifikasi? Siapa populasi yang akan menjadi fokus
asesmen? Apa prioritas kebutuhan mereka, segmen atau kelompok khusus dari
populasi seperti kelompok etnis, wanita, lanjut usia atau orang dengan
kecacatan?
2. Tentukan karakteristik masyarakat
·
Identifikasi
batas-batas masyarakat. Apa batas-batas yang dapat dijadikan patokan dalam
melakukan intervensi? Dimana para anggota populasi sasaran berlokasi, apakah
berkerumun atau berpencar? Apa saja hambatan-hambatan fisik atau sosial yang
dimiliki populasi sasaran? Bagimana batas-batas kewenangan progftlm kesehatan
dan kemanusiaam yang melayani populasi, bagaimana aksesibilitas program-program
tersebut?
3. Pahami perbedaan-perbedaan masyarakat
Identifikasi
mekanisme-mekanisme penindasan yang tampak maupun tersembunyi. Apa
perbedaan-perbedaan yang terlihat diantara anggota populasi sasaran dan
perbedaan diantara anggota populasi sasaran dengan anggota masyarakat lainnya?
Bagaimana perbedaan-perbedaan pada populasi sasaran dilihat oleh anggota
masyarakat lainnya? Apakah populasi sasarann ditindas dikarenakan
perbedaan-perbedaan yang mereka miliki? Apa kekuatan-kekuatan populasi sasaran
yang dapat diidentifikasi dan bagaimana kekuatan-kekuatan ini dapat
berkontribusi bagi masyarakat luas?
4. Identifikasi struktur masyarakat
Identifikasi pola-pola pemberian dan pengontrolan pelayanan.
Kelompok-kelompok, asosiasi-asosiasi dan organisasi-organisasi apa saja yang
memberikan pelayanan advokasi atau bantuan sosial terhadap populasi sasaran?
Bagaimana distribusi sumber terhadap populasi sasaran dipengaruhi oleh
interaksi diantara masyarakat? Apa saja batasan-batasan yang ditetapkan
terhadap pelayanan-pelayanan bagi populasi sasaran dan siapa yang menetapkan
batasan-batasan tersebut? Apa saja peranan warga dan pengguna pelayanan dalam
mengontrol pelayanan-pelayanan terhadap populasi sasaran?
Memahami Organisasi
a). Pengertian Organisasi
·
Stoner
mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan
yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan
bersama.
·
James
D. Mooney
mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
·
Chester
I. Bernard
berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
·
Stephen
P. Robbins
menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
·
Organisasi
juga diartikan sebagai perwujudan sosial yang tujuannya terarah dan sistem
kegiatan terstruktur dengan batas yang teridentifikasi
Dewasa
ini, tidak ada masyarakat yang tidak memiliki organisasi. Organisasi adalah
wadah manusia dalam melakukan kegiatan dan pemenuhan kebutuhan. Apakah besar
atau kecil, terstruktur secara formal maupun informal, organisasi memiliki fungsi
penting dalam menjaga keteraturan sosial pada masyarakat rnodern. Sebelum
periode industrialisasi, sebagian besar panduduk lndonesia tinggal di pedesaan.
Mereka membuat jalan, membangun rumah, menggali sumur dan mengalirkan sungai,
menanamkan padi dan sayuran, menjahit pakaian, pada umumnya dilakukan secara
sendiri, melalui keluarga, atau gotong royong dan relatif tanpa keterlibatan
organisasi formal. Sekarang ini, dimana industrialisasi menggeser kehidupan
agraris, sebagian besar masyarakat Indonesia mulai meninggalkan kehidupan
pedesaan dan hidup di komunitas perkotaan yang besar, kompleks dan heterogen.
Kebutuhan mereka tidak memadai lagi dipenuhi secara sendiri-sendiri maupun
secara kekeluargaan. Mereka memerlukan organisasi-organisasi khusus seperti
supermarket restoran, perusahaan konstruksi, perusahaan jasa konsultan, lembaga
penelitian, sekolah, rumah sakit, lembaga-lembaga pelayanan sosial dan masih
banyak lainnya.
Organisasi-organisasi
dapat diibaratkan sebagai susunan batu-bata dalam sebuah bangunan rumah.
Susunan batu-bata yang terstruktur itulah yang membangun rumah yang indah.
Dalam sistem makro yang lebih besar, susunan organisasi membentuk masyarakat.
Masyarakat adalah arena yang penting dalam Pengernbangan Masyarakat. Tetapi,
setiap individu yang terlibat dalam masyarakat umumnya tidak berinteraksi satu
sama lain secara langsung, melainkan melalui organisasi. Pada hakekatnya
masyarakat bukanlah kumpulan individu-individu begitu saja. Melainkan merupakan
jaringan organisasi yang teratur. Masyarakat menyediakan suprastruktur yang
memungkinkan beragam organisasi beroperasi. Sebaliknya, organisasilah yang
menjalankan sebagian besar fungsi-fungsi masyarakat. Pakar sosiologi Talcot
Parsons (1960) menyatakan bahwa perkembangan organisasi merupakan mekanisme
penting pada masyarakat yang terdiferensiasi, karena kebutuhan yang tidak mampu
dipenuhi secara individu menjadi dapat dicapai berkat adanya organisasi. Dalam
karya klasiknya, Modern Organizations (1964), Amitai Etzioni menyatakan bahwa
munculnya struktur sosial yang 'terorganisasi' telah memungkinkan masyarakat
modern berjalan dengan baik.
b). Fungsi Organisasi:
Beberapa fungsi organisasi, antara lain:
a. Dalam kaitan dengan sistim kesejahteraan social
Fungsi organisasi adalah untuk menghidupkan,
mengembangkan dan memperkuat sistim kesejahteraan sosial yang ada, agar sistim
tersebut dapat mencapai tujuannya, yaitu memenuhi kesejahteraan dari setiap
individu dan masyarakat sebagai kumpulan kebutuhan dasar manusia. Fungsi ini
menampakan peranan potensial dari setiap badan sosial sebagai bentuk usaha yang
terorganisasikan dan menangani masalah-masalah yang bersifat manusiawi.
b. Dalam kaitan dengan penyelenggaraan usaha-usaha
kesejahteraan sosial.
Fungsi organisasi sosial adalah memberi tempat (mengakomodasi)
atau sebagai wadah dari usaha-usaha kesejahteraan sosial yang diselenggarakan,
agar dengan usaha-usaha tersebut dapat
dilaksanakan secara teratur, effisien daneffektif serta memenuhi syarat-syarat
sebagai usaha kesejahteraan sosial (bukan usaha lain) yang sesuai dengan
pembidangannya.
c). Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
Organisasi
Pelayanan Kemanusiaan (OPK) atau Human Service Organization ( HSO) adalah
organisasi yang fokus utamanya memberi pelayanan sosial. Organisasi semacam ini
memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan organisasi lainnya.
Pekerja sosial karenanya harus mengerti kekhasan ini agar dapat melalakukan
Pengembangan Masyarakat secara efektif.
Agar
sebuah organisasi dapat disebut OPK sedikitnya ada tiga karakteristik yang
harus dipenuhi (Netting, Kettner dan McMurtry,2004).
1. Bekerja secara langsung dengan dan
untuk manusia. OPK beroperasi untuk melayani manusia, yakni meningkatkan
kualitas hidup konstituen, pelanggan atau kliennya.
2. Memiliki mandat untuk melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang dilayaninya, yang pada gilirannya
berani pula meningkatkan kesejahteraan publik.
3. Dapat diklasifikasikan sebagi
organisasi yang berada di bawah naungan lembaga-lembaga sektoral, baik
organisasi nir-laba, maupun organisasi pencari laba.
Kerangka Kerja
Mengacu
pada Netting, Ketfirer dan McMurtry (2004) dan Suharo (2005a), dua kegiatan di
bawah ini dapat dilalrukan untuk memahami organisasi, khususnya OPK.
1.
Analisis lingkungan tugas organisasi. Ada empat elemen kunci lingkungan tugas
organisasi, yaitu: (a) Pelanggan, baik distributor maupun pengguna; (b) Pemasok
barang, tenaga kerja, modal, peralatan dan tempat kerja; (c) Pesaing dalam
pemasaran maupun penjangkauan sumber-sumber; dan (d) Kelompok-kelompok pembuat
keputusan, seperti lembaga-lembaga pemerintah, serikat kerja dan
asosiasi-asosiasi internal organisasi.
2.
Analisis elemen-elemen internal organisasi. Tujuannya unfuk mengetahui
legalitas dan alasan-alasan utama keberadaan organisasi.
Otoritas dan misi organisasi. Apa
saja otoritas dan misi organisasi? Apakah organisasi beroperasi sesuai dengan
otoritas dan misinya? Seberapa jauh misi organisasi didukung oleh paru staf
organisasi? Apakah kebijakan dan prosedur konsisten dengan otoritas dan misi
organisasi?
Memahami Kebijakan Sosial
a). Pengertian Kebijakan Sosial
Istilah ‘kebijakan’ yang dimaksud
dalam materi ini disepadankan dengan kata bahasa Inggris ‘policy’ yang
dibedakan dari kata ‘wisdom’ yang berarti ‘kebijaksanaan’ atau ‘kearifan’.
Kebijakan sosial terdiri dari dua kata yang memiliki banyak makna, yakni kata
‘kebijakan’ dan kata ‘sosial’ (social). Untuk menghindari ambiguitas istilah
tersebut, ada baiknya kita diskusikan terlebih dahulu mengenai pengertian
keduanya.
Menurut Ealau dan Prewitt, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku
yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang
membuatnya maupun yang mentaatinya (yang terkena kebijakan itu) (Suharto,
1997). Kamus Webster memberi pengertian kebijakan sebagai prinsip atau cara
bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Titmuss
mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang
diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu (Suharto, 1997). Kebijakan, menurut
Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan berorientasi
kepada tindakan (action-oriented). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan
cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai
tujuan tertentu.
Di negara-negara berkembang, pengangguran, kemiskinan, kesenjangan sosial,
kelangkaan pelayanan sosial merupakan masalah sosial utama sejak dulu sampai
sekarang. Keadaan seperti ini tentunya akan menghambat individu dan anggota
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, terlebih bagi kelompok masyarakat
rentan yang mudah goyah diterpa perubahan sosial. Masalah ini pada gilirannya
dapat menimbulkan slum area (kawasan
kumuh) yang tentu bersinggungan pula dengan masalah-masalah sosial lainnya.
Bentuk antisipasi dalam mengatasi semua kemungkinan disorganisasi sosial
diperlukan perangkat, mekanisme dan sistem yang menunjang peningkatan taraf
hidup, menjamin keadilan sosial dan memperluas kesempatan bagi setiap warga
negara dalam hal pengembangan kapasitasnya. Kaitannya dengan kebijakan sosial
yang hadir sebagai cara utnuk memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan
sosial bagi semua golongan masyarakat.
b). Tujuan
Kebijakan Sosial.
Dalam konteks social development, kebijakan sosial adalah perangkat, mekanisme dan
sistem sebagai pengarah dan penerjemah tujuan-tujuan pembangunan. Dengan kata
lain kebijakan sosial berorientasi kepada pencapaian tujuan sosial.
Tujuan memecahkan masalah sosial
mengandung arti mengusahakan atau mengadakan perbaikan atas keadaan yang tidak
diharapkan atau kejadian destuktif yang mengganggu dan merusak tatanan
masyarakat. Tujuan memenuhi kebutuhan sosial mengandung arti menyediakan
pelayanan-pelayanan sosial yang diperlukan. Perangkat dan mekanisme
kemasyarakatan yang perlu diubah dalam mencapai tujuan-tujuan kebijakan
sosial (David Gil. 1973) yaitu yang
menyangkut:
-
Pengembangan sumber-sumber: meliputi
pembuatan keputusan-keputusan masyrakat dan penetuan pilihan-pilihan tindakan
berkenaan dengan jenis, kualitas dan kuantitas semua barang-barang serta
pelayanan yang ada dalam masyarakat.
-
Pengalokasian status: menyangkut
peningkatan serta perluasan akses bagi seluruh masyarakat. Kebijakan sosial
harus mampu memiliki efek penghilang diskriminasi dalam pendidikan, pekerjaan
yang layak, berserikat dan berkumpul.
-
Pendistribusian hak: menunjuk pada
perluasan kesempatan individu dan kelompok dalam mengontrol sumber-sumber
material dan non-material. Dengan kata lain, pendistribusian kekuasaan dan
penguasaan yang lebih adil.
Tujuan-tujuan kebijakan sosial secara
lebih rinci sebagai berikut:
-
Bentuk antisipasi, pengurangan dan
mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
-
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia
yang tidak dapat mereka penuhi sendiri.
-
Peningkatan hubungan yang intrasosial
manusia.
-
Peningkatan situasi dan lingkungan
sosial-ekonomi.
-
Penggalian, pengalokasian dan
pengembangan sumber-sumber kemasyarakatan.
Komentar
Posting Komentar