Psikologi Perkembangan Usia Dewasa Madya



Setengah baya/madya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja. Khusus usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan hal fisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara dua masa kehidupan itu.
Kalau posisi remaja merupakan masa peralihan, tak lagi dapat dikatakan kanak-kanak dan belum lagi disebut dewasa, maka posisi usia setengah baya juga dalam peralihan, tidak muda dan bukan tua. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, demikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka pada masa setengah baya bersifat pemunduran. Tetapi yang lebih penting, perilaku dan perasaan yang menyertainya adalah sama yaitu “swalah tingkah”, canggung dan kadang-kadang bingung .

Karakteristik Usia Madya

1.      Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Oleh karena itu orang dewasa tidak akan mau mengakui bahwa mereka telah mencapai usia tersebut. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi kehidupan serta berbagai tekanan tentang pentingnya masa muda. Mereka ketakutan pada usia madya dalam kehidupan mereka, kebanyakan orang dewasa menjadi rindu pada masa muda, mereka dan berharap akan kembali ke masa itu.
2. Usia madya merupakan masa transisi
Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Seperti yang telah diuraikan, bahwa periode ini merupakan masa dimana pria mengalami perubahan keperkasaan dan wanita daam kesuburan. Transisi senantiasa merupakan penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru. Pada usia madya, cepat atau lambat, semua orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan jasmani dan harus menyadari bahwa pola perilaku pada usia mudanya harus diperbaiki secara radikal mendasar.
3. Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.
4. Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.
5. Usia madya adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
6. Usia madya adalah masa berprestasi
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas/kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.
7. Usia madya adalah masa evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.
8. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.
9. Usia madya merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
10. Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
Bahaya Personal (Pribadi)  dan Sosial bagi Orang Dewasa Madya
Bahaya sosial dan pribadi yang paling besar bagi mereka yang berusia madya timbul karena kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang kebudayaan bahwa orang usia madya biasanya mulai gemuk dan botak. Karena kurangnya informasi ilmiah tentang usia madya, banyak kepercayaan tradisional dan budaya klise tetap dipegang. Akibatnya, perilaku mereka menjadi serius.
Akan tetapi, selama penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial dapat menerima kepercayaan tradisional dan budaya yang klise tersebut, orang tidak semata-mata mengartikan hal tersebut sebagai bahaya saja. Beberapa bahaya sosial dan pribadi dianggap penting sehingga orang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri.
a.      Bahaya Personal
1)   Diterimanya kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami menopause misalnya sering disebut sebagai masa kritis (critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu, seperti dikatakan oleh Parker (1980)
Masa tersebut membawa implikasi yang berbahaya, karena mejadikan wanita merasa bahwa kesehatannya, kebahagiaanya, hidupnya merasa hancur dan merasa paling berbahaya. Tidak secara langsung hal itu mengatakan bahwa situasi menopause bukan saja masa kritis yang dapat dengan tiba-tiba menghilang, tetapi merupakan periode yang terasa amat panjang dengan jaminan keselamatan yang sangat minim, dimana setiap saat dapat jatuh ke dalam jurang kehancuran mental atau penyakit jiwa yang serius.
  2)  Idealisasi Anak Muda. Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pengelompokan usia dalam pola perilaku umum. Seperti anak menjelang akil balik, mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya. Begitu juga orang berusia madya, mereka juga tidak mau dibatasi perilaku dan kegiatannya. Sikap memberontak berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi semacam ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius seperti yang dijelaskan oleh streincrohn (1992).
Wanita yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri paling buruk adalah mereka yang sering terikat dengan pentingnya faktor penampilan yang keremaja-remajaan dan mengagumi keperkasaan. Apabila mereka dipaksa untuk mengaca diri bahwa mereka tidak menarik seperti dulu lagi, sehingga mereka tidak lagi dapat menarik perhatian pria ungkin mereka berontak sebagai orang yang berusia madya.
Apabila penyesuian diri dalam usia madya tidak bagus, yang biasanya ditandai dengan keluhan dan penolakan yang terus menerus terhadap perubahan fisik yang tidak dapat dihindari karena faktor usia, maka orang secara intensif tertarik pada dandanan dan pakaian. Baimpria maupun wanita pada umumnya berkonsentrasi pada pemilihan pakaian yang dapat menimbulkan kesan bahwa ia nampak lebih muda dibandingkan sebelumnya.
  3) Perubahan Peran. Mengubah peran bukanlah masalah mudah, terutama setelah seseorang telah memainkan peran tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa terlalu berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit. Untuk dapat menyesuaikan dengan baik dengan peran yang baru, seseorang harus dapat berbuat seperti yang dikatakan oleh Havighurst : “menghilangkan emosi yang selama ini diterapkan dalam peran tertentu dan memanfaatkannya pada kesempatan yang lain”. 
   4)  Perubahan Keinginan dan Minat.Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik. Mereka mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengangganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada waktu mereka harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang begitu banyak.  
   5)  Simbol status. Kebanyakan dewasa madya memiliki respon yang besar terhadap simbol status, hal tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seorang untuk memperoleh symbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulkan percekcokan dengan keluarga, dan bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh.
   6)  Aspirasi yang tidak Realistis. Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan social, apabila ia kelak menyadari bahwa ia tidak bias mencapai tujuan tersebut. Sikap tidak realistis ini sering merupakan faktor bawaan sejak masa remaja. Bahaya ini merupakan efek langsung bagi pria, sedangkan bagi kaun wanita merupakan efek tidak langsung apabila suaminya gagal atau tidak mampu untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Walaupun wanita cenderung mempunyai aspirasi yang lebih realistis dibanding pria, ia mungkin sadar bahwa tidak mungkin untuk mencapai cita-cita nya karena waktu yang berlalu begitu cepat. Kegagalanuntuk mencapai setiap cita-cita dan keinginan menimbulkan perasaan tidak enak dan rendah diri, yaitu perasaan yang biasanya dapat mengakibatkan kegagalan yang semakin parah.
b.      Bahaya Sosial
Ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian social pada masa usia madya. Kondisi ini umumnya dibawa secara bertahap sejak seseorang masih muda, terutama pada waktu seseorang berusia remaja dan dewasa muda. Itulah sebabnya menyapa orang pada masa mudanya tidak memiliki kemampuan penyesuaian social dengan cara yang baik sehingga pada waktu ia berusia madya hasilnya akan sama saja.
Penyesuaian sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan bahaya, karena semakin bertambah usia seseorang maka ia akan semakin bergantug pada orang lain, terutama orang yang suami atau isterinya telah meninggal, sedang anak-anaknya sibuk dengan keluarga masing-masing. Orang usia madya yang tidak dapat mengikuti perkembangan penting untuk memegang tanggung jawab sosial dan tanggung jawab sebagai warga Negara di masa tuanya hidupnya akan terasa kesepian dan tidak bahagia sehingga mengakibatkan ia terlambat dalam proses penyesuian socialnya.
Daftar Pustaka
Hurlock, E.B. 2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Erlangga.
https://coretanyessyazwarni.wordpress.com/2013/12/23makalah-psikologi-perkembangan-peserta-didik-tentang-perkembangan-pada-masa-dewasa-madya/
Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya : Usaha Nasional.
Mujib
, A. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Pt Raja Grafindo.
Santrock, J. W. 2002. Life Span Development, Jakarta : Erlangga.
www.scribd.com/doc/6137587/PERKEMBANGAN-DEWASA-MIDLIFE - 110k - diakses pada minggu, 27 April 2014.

Komentar

Postingan Populer