Kajian Praktik Pekerjaan Sosial Makro (Teknik dan Model Pengembangan Masyarakat)
Kajian tentang praktik
pekerjaan sosial makro berisi tentang pengertian pekerjaan sosial dan teknik
pekerjaan sosial makro. Sedangkan kajian tentang pengembangan masyarakat berisi
tentang pengertian dan model-model pengembangan masyarakat. Berikut merupakan
penjelasan tentang praktik pekerjaan sosial makro dan pengembangan masyarakat:
1.
Praktik Pekerjaan Sosial Makro
a.
Pengertian Pekerjaan Sosial
Menurut Zastrow
dalam Edi Suharto (2010:24) pengertian pekerjaan sosial adalah aktivitas
profesional untuk menolong individu, kelompok, dan masyarakat dalam
meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan
menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan
tersebut.
Berdasarkan pengertian
diatas dapat terlihat bahwa profesi pekerjaan sosial memang membantu masyarakat
pada level mikro, mezzo, dan juga makro. Pada level makro, pekerjaan sosial
menyentuh lapisan masyarakat yang lebih besar seperti kelompok masyarakat desa
dan sebagainya. Praktek ini tidak terlalu menekankan pada intervensi individual
atau intervensi kelompok kecil. Praktek makro dalam pekerjaan sosial terutama
lebih memfokuskan diri pada isu-isu global yang berkenaan dengan kebijakan
suatu lembaga, kadangkala juga melakukan advokasi dimana suatu pelayanan yang
dibutuhkan oleh mayoritas masyarakat tidak tersedia dalam suatu lembaga, pada
kali yang lain, pekerja sosial mungkin juga bekerja dengan sistem atau
kebijakan lembaga yang dianggap tidak adil atau kurang manusiawi. Dalam
kasus-kasus seperti ini, pekerja sosial mungkin perlu memberikan intervensi
pada organisasi, kebijakan, atau sistem tertentu yang diarahkan untuk
kepentingan masyarakat.
b.
Teknik Pekerjaan Sosial Makro
1)
Community
Involvement (CI), Neighborhood Survey Study (NSS), Community/Night Meeting
Forum (CMF) untuk inisiasi sosial dalam mengajak
masyarakat membangun kesadaran kolektif bersama.
Firsan (2011:
54-55) mengemukakan bahwa community
involvement adalah hubungan yang dibangun dengan publik (stakeholder, media, masyarakat yang
berada di sekitar perusahaan, dan lain-lain). Teknik ini dapat dilakukan dengan
meleburkan diri / melibatkan diri dalam berbagai kegiatan masyarakat, baik kegiatan
formal maupun informal, baik individu maupun kelompok. Kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan untuk menciptakan keterbukaan masyarakat dalam memberikan
informasi-informasi yang diperlukan serta menghindari adanya tekanan dari pihak
manapun.
Neighborhood
Survey Study (NSS) adalah nama lain dari home visit atau kunjungan rumah yang
merupakan salah satu teknik pengumpul data
dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi siswa dan untuk melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh
dengan tehnik lain (Winkel. WS, 1995:76).
Community/Night
Meeting Forum (CMF) atau pertemuan masyarakat meruakan
kegiatan non formal berupa forum musyawarah warga di tingkat RT atau RT yang
merupakan wadah untuk melakukan jajak kebutuhan (need assessment) bagi penyiapan usulan kegiatan yang akan dilaksanakan
(Pemerintah Kota Padang, 2014)
2)
Methodology
Participatory Assessment (MPA): Pendekatan untuk
menemukan dan menggali masaah, kebutuhan dan kekuatan masyarakat secara
partisipatif
Dayal et al
(2000) mengemukakan bahwa Methodology for
Participatory Assessments (MPA) adalah metode yang dikembangkan untuk
menjalankan penilaian suatu proyek pembangunan masyarakat. Sheafor (2003)
mengemukakan bahwa MPA merupakan tenik untuk melakukan asesmen terhadap
permasalahan dengan melibatkan masyarakat. Masyarakat yang menentukan,
merencanakan, dan memutuskan permasalahan yang dihadapi. Metoda ini biasa digunakan untuk mengidentifikasi atau
menemukenali kebutuhan dan potensi yang ada di dalam maupun di luar masyarakat.
Dalam MPA pemimpin kegiatan ini hanya berperan sebagai fasilitator yang memberi
arahan kepada warga agar dapat menemukan sendiri kebutuhan dan potensi
tersebut.
Langkah-langkah dalam teknik MPA
antara lain :
a)
Menjelaskan maksud, tujuan dan proses.
b)
Mengidentifikasi masalah.
c)
Menentukan prioritas masalah.
d)
Melakukan analisis masalah (faktor
penyebab dan akibat masalah).
e)
Mengidentifikasi sumber berdasarkan
prioritas masalah.
3)
Participatory
Rural Appraisal (PRA) : pendekatan untuk mengkaji masyarakat
desa secara partisipatif, yang memandang pendidikan pada masyarakat sebagai
pendidikan orang dewasa
a)
Pengertian Participatory Rural Appraisal
Secara
Hafiah atau diterjemahkan kata perkata, PRA adalah
penilaian/pengkajian/penelitian keadaan desa secara partisipatif. Dengan
demikian, metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan kajian untuk
memahami keadaan atau kondisi desa dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Menurut
Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara PRA adalah pedekatan dan
teknik-teknik pelibatan masyarakat dalam proses-proses pemikiran yang
berlangsung selama kegitan-kegiatan perencanaan dan pelaksanaan, serta
pemantauan dan evaluasi program pembangunan masyarakat.
b)
Teknik-Teknik PRA
Teknik-teknik
PRA antara lain :
(1) Secondary
Data Review (SDR) atau Review Data Sekunder.
Merupakan cara mengumpulkan sumber-sumber informasi yang telah diterbitkan
maupun yang belum disebarkan. Tujuan dari usaha ini adalah untuk mengetahui
data manakah yang telah ada sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan.
(2) Direct
Observation atau Observasi Langsung. Direct
Observation adalah kegiatan observasi langsung pada obyek-obyek tertentu,
kejadian, proses, hubungan-hubungan masyarakat dan mencatatnya. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk melakukan cross-check terhadap jawaban-jawaban
masyarakat.
(3) Semi-Structured
Interviewing (SSI) atau Wawancara Semi Terstruktur.
Teknik ini adalah wawancara yang mempergunakan panduan pertanyaan sistematis
yang hanya merupakan panduan terbuka dan masih mungkin untuk berkembang selama
interview dilaksanakan. SSI dapat dilakukan bersama individu yang dianggap
mewakili informasi, misalnya wanita, pria, anak-anak, pemuda, petani, pejabat
lokal.
(4) Focus
Group Discussion atau Diskusi Kelompok Terfokus. Teknik
ini berupa diskusi antara beberapa orang untuk membicarakan hal-hal bersifat
khusus secara mendalam. Tujuannya untuk memperoleh gambaran terhadap suatu
masalah tertentu dengan lebih rinci.
(5) Preference
Ranking and Scoring. Adalah teknik untuk menentukan secara
tepat problem-problem utama dan pilihan-pilihan masyarakat. Tujuan dari teknik
ini adalah untuk memahami prioritas-prioritas kehidupan masyarakat sehingga
mudah untuk diperbandingkan.
(6) Direct
Matrix Ranking, adalah sebuah bentuk ranking yang
mengidentifikasi daftar criteria obyek tertentu. Tujuannya untuk memahami
alasan terhadap pilihan-pilihan masyarakat, misalnya mengapa mereka lebih suka
menanam pohon rambutan dibandingkan dengan pohon yang lain. Kriteria ini
mungkin berbeda dari satu orang dengan orang lain, misalnya menurut wanita dan
pria tentang tanaman sayur.
(7) Peringkat
Kesejahteraan. Rangking Kesejahteraan Masyarakat di suatu tempat tertentu.
Tujuannya untuk memperoleh gambaran profil kondisi sosio-ekonomis dengan cara
menggali persepsi perbedaan-perbedaan kesejahteraan antara satu keluarga dan
keluarga yang lainnya dan ketidak seimbangan di masyarakat, menemukan
indicator-indikator lokal mengenai kesejahteraan.
(8) Pemetaan
Sosial. Teknik ini adalah suatu cara untuk membuat gambaran kondisi
sosial-ekonomi masyarakat, misalnya gambar posisi pemukiman, sumber-sumber mata
pencaharian, peternakan, jalan, dan sarana-sarana umum. Hasil gambaran ini
merupakan peta umum sebuah lokasi yang menggambarkan keadaan masyarakat maupun
lingkungan fisik.
(9) Transek
(Penelusuran). Transek merupakan teknik penggalian informasi dan media
pemahaman daerah melalui penelusuran dengan berjalan mengikuti garis yang
membujur dari suatu sudut ke sudut lain di wilayah tertentu.
(10) Kalender
Musim. Adalah penelusuran kegiatan musiman tentang keadaan-keadaan dan
permasalahan yang berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu (musiman) di
masyarakat. Tujuan teknik ini untuk memfasilitasi kegiatan penggalian informasi
dalam memahami pola kehidupan masyarakat, kegiatan, masalah-masalah, fokus
masyarakat terhadap suatu tema tertentu, mengkaji pola pemanfaatan waktu,
sehingga diketahui kapan saat-saat sibuk dan saat-saat waktu luang.
(11) Alur
Sejarah. Alur sejarah adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui
kejadian-kejadian dari suatu waktu sampai keadaan sekarang dengan persepsi
orang setempat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai topik-topik penting di masyarakat.
(12) Analisa
Mata Pencaharian. Masyarakat akan terpandu untuk mendiskusikan kehidupan mereka
dari aspek mata pencaharian. Tujuan dari teknik ini yaitu memfasilitasi
pengenalan dan analisa terhadap jenis pekerjaan, pembagian kerja pria dan
wanita, potensi dan kesempatan, hambatan.
(13) Diagram
Venn. Teknik ini adalah untuk mengetahui hubungan institusional dengan
masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh masing-masing institusi dalam
kehidupan masyarakat serta untuk mengetahui harapan-harapan apa dari masyarakat
terhadap institusi-institusi tersebut.
(14) Kecenderungan
dan Perubahan. Adalah teknik untuk mengungkapkan kecenderungan dan perubahan
yang terjadi di masyarakat dan daerahnya dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya
untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dan perubahan-perubahan apa
yang terjadi di masyarakat dan daerahnya.
4)
Technology
Of Participation (TOP): usaha sistematis dengan melibatkan
masyarakat dalam menentukan langkah-langkah kegiatan perencanaan untuk
memecahkan maslah-masalah yang dihadapi agar tercapai kondisi yang diinginkan.
Technology
of Partisipation (TOP) adalah teknik perencanaan
pengembangan masyarakat secara partisipatif, sehingga seluruh pihak memiliki
kesempatan yang sama untuk mengemukakan gagasan. Teknologi partisipatif
mengeksplorasi munculnya inisiatif-inisiatif, sikap kepemimpinan, keputusan dan
tanggung jawab dari seluruh warga yang
hadir. Teknik ini dapat membantu target
group (kelompok sasaran) untuk menghasilkan kegiatan operasional (Ajat Sudrajat dkk, 2005). Terdapat 3 teknik dasar dalam ToP
antara lain:
a)
Tahap
Diskusi
Tahap
diskusi adalah serangkaian petanyaan yang memandu klampok di dalamproses dialog
pertanyaan pertanyaan ini membimbing kelompok melewati empat tingkatan kesadaran, yakni oblektif,
reflektif, interpretative,
dan memutuskan.
b)
Tahap
Lokakarya
Tahap
lokakarya adalah proses lima langkah yang mengorganisasi para anggota kelompok
ke arah pendalaman diskusi dan mencapai konsensus atau kesepatakan bersama
tentang tindakan yang tepat dilakukan oleh kelompok. Langkah tersebut adalah
penentuan konteks, sumbang saran,
menyusun gugus/kategorisasi, memberikan label/penamaan, dan perenungan atau
refleksi.
c)
Tahap
Rencana Tindak
Tahap rencana tindak ini digunakan untuk membuat rencana
secara rinci tindakan yang akan dilakukan oleh kelompok setelah terjadi
konsensus kelompok untuk melakukan kegiatan.
Tahap
rencana tindak adalah proses tujuh langkah yang mengorganisir para anggota
kelompok ke arah penyusunan rencana tindakan yang realistis dan mudah
dilaksanakan. Langkah-langkah tersebut adalah penentuan konteks, lingkaran
sukses, kondisi obyektif, menyatakan komitmen, lokakarya menentukan tindakan
yang diperlukan, penjadwalan dan penugasan, serta refleksi.
5)
Pengembangan Masyarakat atau Community Develompent (CD) dan Pendampingan
Sosial atau Social Assistensi (SA) untuk
melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan intervensi komunitas.
Edi Suharto (2010:37)
Community Development (Pengembangan
Masyarakat) merupakan salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya
adalah memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan mendayagunakan sumber yang
ada serta menekankan pada prinsippartisipasi sosial. Secara singkat Community Development adalah suatu cara
kerja untuk memecahkan masalah masyarakat. Dengan demikian pengunaan dari kedua
metode ini dalam tahap pemahaman serta analisis masalah di masyuarakat dimana community organization adalah sebagai
metode intervensi yang ditekankan terhadap pemecahan masalah, sedangkan community development adalah sebagai
proses interaksi sosial yang penekanannya terhadap perubahan sosial.
Pendampingan
sosial merupakan suatu proses relasi sosial antara pendamping dengan klien yang
bertujuan untuk memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan
berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan
akses klien terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas
pelayanan publik lainnya (Departemen Sosial RI, 2009:122).
Dari
definisi-definisi diatas, pendampingan dapat diartikan sebagai proses relasi
sosial antara pendamping dan klien dalam bentuk memperkuat dukungan,
mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup,
serta meningkatkan akses klien terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja,
dan fasilitas pelayanan publik lainnya dalam usaha memecahkan masalah serta
mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga
kemandirian klien secara berkelanjutan dapat diwujudkan.
6)
Promosi Media atau Media Promotion (MP) dan Dengar Pendepat atau Public Hearing (PH) untuk melibatakan masyarakat dalam pelaksanaan
intervensi kebijakan
Pengertian
promosi menurut Saladin, dkk (2002:123) adalah suatu komunikasi informasi
penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tinakah laku
pembeli, yang sebelumnya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga
menjadi pembeli dan mengingat produk tersebut.
Sedangkan Media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001:4), promosi media merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar. Promosi media pada dasarnya
dimaksudkan untuk membangunan opini publik melalui media massa merupakan salah
satu alat yang dianggap efektif dalam membangunan opini public. Public Hearing adalah salah satu proses
mendengarkan pandangan dan masukan dari berbagai pihak yang terkait dengan
naskah kebijakan termasuk penentu kebijakan untuk memperoleh respon terhadap
kebijkan yang diusulkan.
7)
Metode-metode Lainnya yang Relevan
a)
Focus
Group Discussion (FGD)
(1)
Pengertian Focus Group Discussion
Ajat
Sudrajat dkk (2005) mengemukakan diskusi kelompok adalah suatu proses
pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik
melalui diskusi kelompok. Diskusi kelompok pada dasarnya adalah wawancara
kelompok yang dipandu oleh seorang moderator, berdasarkan topik diskusi yang
merupakan pokok permasalahan.Diskusi kelompok merupakan suatu forum yang
dibentuk untuk saling membagi informasi dan pengalaman diantara para peserta
diskusi untuk membahas satu masalah khusus.
(2)
Tujuan Focus Group Discussion dalam Asesmen Komunitas
Berikut
merupakan tujuan dari Focus Group
Discussion:
(a)
Identifikasi dan individualisasi
kebutuhan-kebutuhan komunitas berdasarkan analisis keadaan/masalah dalam
sumber.
(b)
Melibatkan berbagai unsur komunitas
dalam asesmen, sehingga lebih mengikat komitmen mereka untuk melakukan
upaya-upaya perubahan sesuai kebutuhan yang ditetapkan
(c)
Menjamin kegiatan pengembangan
masyarakat/komunitas yang selektif yang dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat
spesifik
(d)
Membangun dasar-dasar perincian yang
rasional dan jelas
(e)
Membangun definisi realitas dan makna
dari kesulitan atau kebutuhan yang dihadapi komunitas secara konsesus.
(3)
Proses Pelaksanaan Diskusi Kelompok atau
Focus Group Discussion
(a)
Proses pelaksanaan FGD
i. Pekerja
sosial menghubungi pimpinan masyarakat untuk menyampaikan maksud dan meminta
izin melaksanakan diskusi kelompok dalam asesmen komunitas.
ii. Pekerja
sosial membentuk tim kerja yang akan membantu mengelola kegiatan diskusi
kelompok.
iii. Tim
kerja bersama pimpinan komunitas merencanakan waktu dan tempat untuk pelaksanaan
diskusi kelompok.
iv. Tim
kerja menyusun daftar partisipan yang akan di undang.
v. Tim
kerja mengkonsultasikan daftar partisipan dan meminta dukungan dari pimpinan
setempat sehingga dapat turut menggerakkan kehadiran partisipan dalam kegiatan
diskusi kelompok.
vi. Menyusun
pembagian tugas untuk pelaksanaan diskusi kelompok.
vii. Tim
kerja menyiapkan tempat, posisi duduk partisipan, dan alat pendukung diskusi
kelompok dibawah koordinasi petugas perlengkapan.
(b)
Pelaksanaan
i. Tim
kerja mempersilahkan undangan untuk mengisi daftar hadir.
ii. Pembuka
acara membuka jalannya diskusi
iii. Moderator
memimpin diskusi : pengantar, identifikasi masalah, analisis masalah, penentuan
prioritas perubahan.
(c)
Tindak Lanjut
Asesmen
masalah ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana program. Alat yang digunakan
yaitu, dinding/papan, kartu metaplan, spidol, kaset, tape recorder, alat tulis
notulen, kertas koran/plano, pengeras suara
b)
Monitoring
and Evaluating (MaE)
Ajat
Sudrajat dkk (2005), mengungkapakan secara konseptual monitor merupakan
kegiatan pemantauan terhadap semua kegiatan yang telah dilaksanakan. Sedangkan
evaluasi dilakukan untuk melihat perkembangan atau perubahan yang terjadi di
masyarakat sebagai dampak kegiatan yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan
baik selama proses kegiatan maupun pada akhir program.
Langkah-langkah
melakukan moneva :
(1)
Penetapan kondisi awal – kondisi akhir
(2)
Menyediakan lembar peniaian monitoring
dan evaluasi
(3)
Tempel lembar penilaian kondisi awal dan
akhir di dinding yang sudah disediakan untuk di evaluasi
(4)
Membaca matrik monitoring, serta
evaluasi proses dan hasil.
2.
Pengembangan Masyarakat
Istilah
pengembangan masyarakat berasal dari terjemahan community development. Menurut Edi Suharto (2010:37) Pengembangan
Masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk
memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan mendayagunakan sumber yang ada
serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Sedangkan menurut AMA dalam
Edi Suharto (2010:38) pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai
metode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu
memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya
Edi
Suharto (2010:42-45), menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga) model pengembangan
masyarakat yaitu pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial, dan aksi
sosial. Berikut merupakan penjelasan mengenai ketiga model tersebut:
a.
Pengembangan masyarakat lokal
Proses yang ditujukan untuk menciptakan
kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta
inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Model ini berorientasi pada
kemandirian, integrasi, dan kemampuan masyarakat. Masyarakat berperan sebagai
partisipan dalam proses pemecahan masalah dan pekerja sosial berperan membantu
meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan masyarakat dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diharapkan.
b.
Perencanaan sosial
Orientasi dalam perencanaan sosial yaitu
pemecahan masalah sosial yang ada di masyarakat. Pada perencanaan sosial,
masalah dan keputusan ditentukan melalui tindakan rasional para ahli.
Masyarakat disini sebagai penerima pelayanan dan pekerja sosial berperan ahli
yang melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat
sehingga keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan bukan menjadi
prioritas.
c.
Aksi sosial
Perubahan struktur kekuasaan, lembaga,
dan sumber merupakan tujuan dari proses dan hasil aksi sosial. Hal tersebut
didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah suatu sistem klien yang
menjadi korban dari ketidakadilan struktur. Masyarakat berperan sebagai pelaku
dalam aksi sosial dan pekerja sosial sebagai aktivis advokasi yang membantu
masyarakat dalam aksi sosial.
uhuy,..,. teh yurika .,,.. :D
BalasHapus